SEJARAH BERDIRINYA IKKSU DI JAKARTA

Dahulu sampai sekarang Jakarta merupakan tujuan utama para perantau termasuk orang-orang dari Sumatera Utara salah satunya pasangan suami isteri almarhum Bpk A.Siregar dan Ibu R. Fransiska R Br Nasution. Sebelum menginjakkan kakinya di Jakarta pasangan ini semula bermukim di Palembang. Namun karena tugas yang diemban oleh si suami sebagai seorang polisi, mereka pindah ke Jakarta pada tahun 1955.

Sesampai di Jakarta, pasangan ini merasa sepi dan asing. Karena tidak satu orang pun yang mereka kenal, kecuali rekan-rekan kerjanya. Khusunya orang-orang yang dari Sumatera Utara, sama sekali mereka tidak kenal. Hal ini sangat mereka rasakan sekali apabila mereka pergi ke Gereja untuk mengikuti misa pada setiap hari minggu. Tidak seperti sekarang ini dengan mudah mendapatkan teman yang berasal dari Sumatera Utara di Gereja, asalkan kita mau bergaul.

Setelah sekian lamanya mereka tinggal di Jakarta, hingga pada waktu almarhum Bpk A. Siregar (selama ini kita menyebutnya dengan sebutan Oppung Doli) seperti biasanya bekerja menjalankan tugasnya berkeliling kota. Sementara sang Isteri bekerja sebagai seorang guru di salah satu sekolah swasta Katolik yakni SD St. Theresia (almarhumah R. Fransiska R Br Nasution). Suatu ketika, mendengar orang-orang berbincang-bincang dalam bahasa Batak, kemudian Oppung Doli menghampirinya, maklumlah sejak datang ke Jakarta beliau tidak pernah ketemu dengan orang Batak. Kemudian dihampirinya orang-orang tersebut, yang ternyata adalah guru-guru pada sekolah Bruderan yang dipimpin oleh seorang Bruder. Letak sekolah tersebut tepatnya di dekat daerah stasiun Gambir yang pada saat ini adalah dikenal dengan gedung Perusahaan Listrik Negara (PLN). Kemudian Oppung memperkenalkan diri, pada awalnya guru yang berjumlah 8 orang itu tidak percaya bahwa Oppung adalah Orang Batak, namun karena Oppung dapat meyakinkan cara berbicara bahasa batak, akhirnya mereka pun percaya. Hingga mereka terlibat dalam suatu percakapan yang cukup serius. Yang pada akhirnya mencapai suatu kesepakatan untuk mengundang kehadiran mereka untuk datang berkumpuk kerumah Oppung, yang pada saat itu rumahnya berada di Jl.Riau No.21 Menteng. Kejadian tersebut terjadi pada saat jam istirahat anak sekolah.

Semenjak kejadian tersebut, kemudian setiap hari minggu mereka jadi sering datang mengunjungi Oppung. Karena rasa senang yang mendalam memiliki teman satu suku sekaligus satu iman, Oppung berdua menyambut kedatangan mereka dengan penuh suka cita. Mungkin karena sambutan dan pelayanan yang diberikan oleh kedua Oppung itu sangatlah istimewa, hingga memuat mereka sering-sering datang kerumah berkunjung. Bahkan mereka datang membawa teman-temannya dan temannya yang dibawa tersebut datang membawa temannya lagi. Demikian hal ini sampai kira-kira 1 tahun lamanya. Kalau istilah anak-anak sekarang tempat Oppung itu disebut ”Base Campnya” umat Katolik yang berasal dari Sumatera Utara.

Hingga pada suatu hari si Oppung Boru (R Fransiska R Br Nasution) mencetuskan ide kepada Oppung Doli ”Bagaimana kalau kita buat suatu perkumpulan atau wadah untuk pertemuan ini”, semacam organisasinya? Dengan penuh antusias Oppung Doli menyetujui ide sang isteri. Kemudia Oppung Doli menyampaikan Ide tersebut kepada yang lainnya, tetapi tidak kepada semua orang yang sering hadir pada setiap pertemuan tersebut. Ide ini hanya disampaikannya kepada beberapa orang saja. Sama seperti Oppung Doli, mereka yang disampikan tentang ide inipun menyambutnya dengan penuh antusias. Akhirnya mereka pun sepakat untuk membuat suatu perkumpulan atau wadah yang berazaskan ”KEKELUARGAAN KATOLIK DAN BERANGGOTAKAN SUKU BATAK TANPA MEMANDANG BATAK APA MEREKA“.

Setelah dibicarakan dan dipikirkan matang-matang, merekan pun sepakat untuk mendirikan wadah tersebut. Adapun yang terlibat dalam pendirian wadah tersebut adalah :
1. Oppung Doli dan Oppung Boru tersebut.
2. Alm. J Hutagalung.
3. Alm. MW.  Datubara.
Adapun maksud dan tujuan awal dibuatnya IKKSU adalah “Guna memupuk rasa persaudaraan antar umat Katolik dari Sumatera Utara“.

Setelah sepakat mereka semua yang hadir dirumah Oppung tersebut, terbentuklah wadah ini. Tepat pada tanggal 4 Januari 1959 diresmikanlah perkumpulan ini untuk pertama kalinya dengan memakai nama “PUNGUAN BATAK KATOLIK INDONESIA (PKBI)“. Peresmian pembentukan PKBI ini dilaksanakan di Aula Gereja ST. Theresia Paroki Menteng oleh Romo Paroki setempat.

Pada awal terbentuknya PKBI ini terdiri dari 15 orang dewasa dalam arti yang telah berkeluarga dan 40 orang muda-mudi. Adapun susunan kepengurusan pada waktu itu adalah :
1. Penasehat.  : Alm. Bpk A. Siregar
2. Koordinator. : Almarhumah Ibu Fransiska R Br Nasution
3. Ketua.          : Alm J Hutagalung
4. Wkl. Ketua.  : Alm MW. Datubara
5. Sekretaris I  : BSM Panjaitan
6. Sekretaris II : Barus

Setelah PKBI cukup lama yakni sekitar 2 tahun, karena dirasakan kurang dapat mengikat antar sesama anggotanya, maka mereka sepakat untuk merubah nama PKBI tersebut. Dengan alasan untuk lebih mengikat antar sesama Keluarga Katolik yang berasal dari sumatera utara. Setelah dirapatkan bersama para peserta, maka akhirnya mereka pun sepakat menemukan nama yang tepat dan sesuai dengan alasan mereka yakni mengikat antar anggotanya. Akhirnya di buatlah memakai nama “IKATAN KELUARGA KATOLIK SUMATERA UTARA (IKKSU)“. Seiring dengan berjalannya waktu IKKSU pun berkembang dan namanya pun sangat dikenal orang-orang yang berasal dari sumatera utara. Bahkan bukan hanya kita saja yg mengenal IKKSU dan kebanyakan umat-umat di Paroki-Paroki sedikit banyak pasti mengenal IKKSU dan bahkan sudah ada juga yang mengisi paduan suara di paroki-paroki. Dan kini IKKSU sudah berkembang di wilayah Jabodetabek.
(Sumber : Ibu Fransiska R Siregar, Mei 2002).

Rudi Simarmata

5 Comments »

  1. 1
    Jul Em Las Simanungkalit Says:

    mauliate ats informasinya sungguh Tuhan berkarya lewat kehadiran orang batak. jaya terus IKKSU

  2. 2
    Liska Frida Samosir Says:

    met sore…dmn bs daftar yahh mau ikut punguan ini??tlg konfirmasi..tks..GB

  3. 3
    Jonar Saragih Says:

    Sdr. Rudi Simarmata!
    Trims telah menulis tentang IKKSU
    Saya sudah pernah menulis sejarah ini dulu di Bulletin IKKSU sekitar tahun 1995, namun rasanya bulletin itu sudah sirna, aku yakin tak ada lagi di arsip IKKSU.
    Ada lagi yang sangat penting yang tidak boleh kita lupakan, ketika itu IKKSU berperan membantu anggotanya mendapat kedudukan. Di antaranya adalah Bapak Cosmas Batubara beberapa kali menjadi menteri (Tetapi diakui bukan hanya IKKSU saja, ada peran lain misalnya PMKRI dan lain-lain)
    Sekarang saya telah kehilangan kontak dengan orang-orang IKKSU. Kiranya melalui blog anda ini saya dapat berkomunikasi lagi dengan mereka di antaranya Bapak Hutauruk (Ketua IKKSU tahun sembilah puluhan), Parna Raya, Bapak Leo Batubara, Bapak Tommy Suryadi dan lain-lain.
    Sekarang saya tidak tahu lagi siapa-siapa yang berperan di IKKSU karena saya sudah di Siborongborong sejak tahun 1999, tolonglah saya agar dapat berkomunikasi lagi dengan mereka. Terimakasih atas perhatiannya.

  4. 4

    Sdr. Rudi Simarmata!
    Saya sudah pernah menulis sejarah ini dulu di Bulletin IKKSU sekitar tahun 1995, namun rasanya bulletin itu sudah sirna, aku yakin tak ada lagi di arsip IKKSU.
    Ada lagi yang sangat penting yang tidak boleh kita lupakan, ketika itu IKKSU berperan membantu anggotanya mendapat kedudukan. Di antaranya adalah Bapak Cosmas Batubara beberapa kali menjadi menteri (Tetapi diakui bukan hanya IKKSU saja, ada peran lain misalnya PMKRI dan lain-lain)
    Sekarang saya telah kehilangan kontak dengan orang-orang IKKSU. Kiranya melalui blog anda ini saya dapat berkomunikasi lagi dengan mereka di antaranya Bapak Hutauruk (Ketua IKKSU tahun sembilah puluhan), Parna Raya, Bapak Leo Batubara, Bapak Tommy Suryadi dan lain-lain.
    Sekarang saya tidak tahu lagi siapa-siapa yang berperan di IKKSU karena saya sudah di Siborongborong sejak tahun 1999, tolonglah saya agar dapat berkomunikasi lagi dengan mereka. Terimakasih atas perhatiannya.

  5. 5
    Adrianus Parlindungan Damanik Says:

    Sdr. Rudi Simarmata
    Apa yang disampaikan oleh Jonar Saragih benar adanya.
    Bapa saya Agustinus Paian Damanik (79 tahun saat ini ) adalah salah satu dari pemuda diatas. Ayah saya datang di Jakarta tahun 1949. Ayah saya sekolah di SMP Van Lid Senen tahun 1950 s/d 1953 dan SAA Depkes RI tahun 1953 s/d 1956 dan bekerja sebagai PNS di Departemen Kesehatan RI dan juga ditugaskan / dikaryakan di Yayasan Rumah Sakit Jakarta.Ayah saya juga termasuk Pendiri PKBI dengan Keluarga Siregar , Kel.Datubara , Daniel Sihombing , Jaenandus Sihombing , Valentino Butar Butar ,Samosir, dll ,
    Ayah saya termasuk juga pengurus di Partai Katholik RI sebagai Ketua Mobilisasi Umum Partai saat itu , dengan Harry Chan Silalahi, Kasimo (Ketua Partai Katolik) dll


RSS Feed for this entry

Leave a comment